Dariku untuk Bandung.
Bandung, kota dengan segala kenyamanan untuk yang hidup disini, lambat laun mulai hilang. Bandung yang dulu sejuk, santai, dan santun sekarang lambat laun mulai punah. Bandung sekarang adalah bandung yang mencekam, gerah, dan acuh. Mengapa saya bisa berpikiran demikan? Beberapa faktornya saya beberkan disini, setidaknya ini menurut beberapa teman saya juga. Diantaranya;
- Mencekam … Ya, benar. Sekarang bandung mulai diadakan jam malam. Ini lebih mengerikan daripada adanya geng motor yang berkeliaran malam hari. Mengapa? Polisi sekarang sudah mulai seenak udel membubarkan acara dengan cara yang jelas tidak menyenangkan. Seperti menendang properti acara, menyentak? Ah terlalu bagus, lebih tepat menyalak seperti anjing, dan mulai kontak fisik dengan warga. Yang paling baru adalah kasus yang menimpa personil band “pure saturday”, kang iyo. Do’i dipukul oleh “oknum” polisi pada waktu mentertibkan jam malam di camden cafe. Setau saya, jam malam adalah himbauan pada tempat-tempat tertentu, bukan melarang warga bandung untuk ada diluar rumah. Ini jelas salah, apalagi sampai memukul. Benar apa kata media sosial ( #BandungLainGothamCity ) , apa kita juga butuh batman untuk melawan “oknum”? Kupikir tidak, asal ada pengertian satu sama lain. Kalo polisi merasa bersalah, minta maaf dong. Saya yakin kang iyo juga cukup dewasa buat maafin kalian, ya cuma … Rasa hormat dan percaya kami pada kalian makin surut dari hari ke hari. Apalagi sering dilarangnya bobotoh menonton langsung tim kesayangannya PERSIB di laga kandang, tak jarang persib harus bermain diluar jabar karena tak keluar izin pertandingan dari izin pihak berwajib setempat, dan alhamdulillahnya bobotoh tetap setia datang untuk mendukungnya. Best regard, dulur sa-jabar. Mulailah instrokpesi, bapak polisi yang terhormat.
- Gerah, yaps! Gerah, bandung dulu sejuk. Sering sekali kota yang terkenal juga dengan nama “kota kembang” ini ada di suhu 16 derajat celcius. Beberapa tahun kebelakang bandung makin panas, makin gerah. Pembangunan dimana-mana, RTH makin berkurang, sempat hutan kota babakan siliwangi mau dicukur habis oleh pengembang yang rakus. Beruntung bandung masih punya masyarakat yang sadar lingkungan, gagal lah rencana tersebut. Sekarang bandung mulai merangkak kepada lingkungan yang lebih baik, dengan revitalisasi taman-taman kota di bandung dan program-program positif tiap hari yang dicanangkan walikota bandung, ridwan kamil. Atau biasa kami memanggilnya, kang emil.
- Acuh. Kata ini bukanlah budaya suku kami, suku sunda. Sunda yang diajarkan orang tuaku adalah “silih asah, silih asih, silih asuh” yang secara umum artinya adalah membantu sesama, dan mengasihi sesama. Tak kusangka bahwa jawa barat ku yang ramah dan gotong royong menjadi jawa barat yang acuh, terkadang arogan, dan sedikit egois. Kita tak boleh menyalahkan dan membuang stigma bahwa ini semua karena budaya luar/barat yang masuk ke indonesia, kita harus melestarikan budaya kita bukan dengan omong kosong.
Mari sedikit demi sedikit kita berkaca dan mulai perbaiki diri kita masing-masing. Saling mengingatkan kepada sesama.
#SaveIndonesia
Bandung, 26 Februari 2014. 3.44 AM
Comments
Post a Comment