KONG DJIE DARI TANAH SANG PEMIMPI
Pulau Belitung, daratan kecil yang berada di kawasan Pulau Sumatera ini memiliki banyak sejarah dan kebudayaan layaknya seperti daerah lainnya di Indonesia. Dahulu, Pulau Belitung adalah bagian dari Provinsi Sumatera Selatan bersamaan dengan Kepulauan Bangka. Di tahun ke 17 setelah berpisah, PAD provinsi ini mengalami peningkatan sebesar 700 milliar rupiah. Selain dari logam, pendapatan ini dihasilkan dari pariwisata dan sumber lainnya.
Bicara Laskar Pelangi milik Andrea Hirata, film tentang perjuangan anak belitung meraih mimpi di tengah himpitan kesulitan ekonomi yang kala itu bisnis timah adalah lahan basah bagi rakyat Indonesia, apalagi belitung, gudangnya timah. Bisa dilihat Danau Kaolin yang sekarang jadi landmark-nya belitung untuk membuktikan kita pernah menginjakkan kaki di pulau ini, selain mercusuar Pulau Lengkuas, Replika SD Muhammadiyah Gantong, dll.
Sarwan, seorang warga belitung mengatakan bahwa setelah 70 tahun lebih merdeka, baru Presiden datang menginjakkan kaki di tanah laskar pelangi ini, tempat eks-Gubernur DKI Jakarta, Ir. Basuki Tjahja Purnama yang akrab kita panggil “Pak Ahok”, Ah, Pak Jokowi ini memang tak diragukan lagi kalau sudah blusukannya. Lebih dalam dari itu, masih menurut sarwan, yang menjadi ciri khas daerah ini adalah warung kopi. Bagi sebagian rakyat kelas menengah Pulau Jawa, khususnya kota besar, definisi warung (cafĂ©) kopi adalah tempat minum kopi dengan ruangan ber-ac lengkap dengan jaringan wi-fi dan keluhan mahalnya harga satu gelas kopi.
“Rakyat kelas menengah pulau jawa di kota besar tak pernah ingin mengerti esensi hangat obrolan tentang perjuangan dan ketidakadilan hak di sela tegukan mantapnya kopi tanpa wi-fi dan tanpa ac” – songmanse13 on IG
Kong Djie, mungkin warung kopi tertua yang saya temukan di Belitung ini menjadi saksi perjuangan rakyat-rakyat belitung. Menurut Ishak Holidi generasi kedua pendiri kopi kong djie ini sudah ada sejak tahun 1943 dan tetap mempertahankan keontetikan cita rasanya juga suasananya. Bukan beliau pelit, memang permintaan pembeli disana yang tak ingin dirubah suasananya, “Kalau pakai ac dan wi-fi atau meja-meja mahal tak perlulah kite pergi kat kong djie. Disini bukan soal kopinye saje, ada kenangan, tak bisa akang temukan di starbuck sekalipun!” tegas pembeli itu pada saya yang kala itu kebetulan duduk bersebelahan, “.
Kong dije sekarang banyak tersedia di pulau jawa, “franschise setengah hati” ujar Ishak holidi. Karena menurutnya sistemnya belum terbangun secara profesional, yang mengelola masih saudara atau kenalan dari beliau. Mereka mengambil bubuk kopi dari kong djie pusat dan menggunakan merk dagang kong djie yang sudah sangat historikal.
Lebih unik lagi, ada tiga ceret yang tersedia di hampir setiap warung kong djie ini dan ternyata bukan sebagai pajangan, tapi digunakan untuk mengolah kopi ini menjadi minuman. Warung kopi, untuk warga belitung seperti budaya, lepas bekerja, bersantai bahkan cari jodoh pun di warung kopi. Pembeli tegas tadi kembali menceritakan, bahwa sejak zaman kakeknya dulu, sampai sekarang minum kopi kong djie itu hukumnya fardhu, warga disini menurutnya walau sudah meminum kopi di rumah akan tetap pergi ke kong djie untuk menikmati kopi lainnya.
Racikan dan metode pembuatan kopi yang masih orisinil, rahasia untuk tetap berjalannya usaha keluarga ini adalah keramahan, bukan dalam ajang promosi memang ini pegawai hingga pemiliknya memiliki etos kerja baik di bidang jasa kuliner, mirip seperti psikologi pelayananyang saya pelajari waktu kuliah dulu. Rendah hati, sopan. Ah mantap, Sang Pendiri, Ayah dari ishak mengutip dari antara news berkata bahwa bisnis ini bukanlah bisnis main-main. Pelaku bisnis harus bekerja sepenuh hati dan memiliki kerendahan menghadapi sifat pelanggan yang beragam. Lanjut, orang tuanya dulu tak pernah memaksa untuk meneruskan bisnis kopi ini. Semua anaknya di sekolahkan hingga ke jenjang sarjana. Ishak mengaku kalau beliau tak pernah membedakan konsumen yang datang ke kedai kong djie. Orang baik, orang jahat, orang beragama islam, orang beragama kristen sampai orang tak beragama pun akan dilayani dengan baik. Yang datang duluan, dilayani duluan.
Hebatnya, kong djie akan membangun yayasan untuk membantu orang-orang kurang mampu. Koh Ishak ini menjawab bahwa sudah saatnya berbagi untuk pada Belitung. Semangat terus, koh. Karena kong djie ini kopi rakyat, semoga pembelinya terus membludak agar tak disikat oleh kopi korporat. Salam solidaritas dan perjuangan. Minumlah kopimu, berfikir, bertindak dan mulai berbuat hal terbaik untuk dunia.
Oh, ya! Selamat untuk raihan predikat geopark nasional, Pulau Belitung!
Comments
Post a Comment