KORELASI PAYUNG TEDUH DAN KEHIDUPAN MUDA-MUDI MASA KINI.

Payung teduh, yang terbesit dalam pikiran adalah band dengan lirik magis membuat muda-mudi masa kini merasa paling romantis, merasa paling bahagia atau merasa paling tersakiti ketika asa masing-masing di kolaborasi dengan sekumpulan karya milik band yang di gawangi oleh empat orang pemuda berbakat ini, tinggal dipilih saja mana yang sangat mewakili dirimu pada masa itu.
Setiap muda-mudi di Indonesia pasti memiliki kisah masing-masing yang berkaitan dengan band ini, jujurlah, siapa yang tak senyum-senyum sendiri ketika mendengar lagu “untuk perempuan yang sedang dalam pelukan” atau yang kesal dan mengumpat hidupnya ketika kenyataan bersandingan dengan lagu “kita adalah kisah-kisah yang tak diikhlaskan”, ah, payung teduh ini benar-benar fit-in dengan keadaan dan logika muda-mudi zaman sekarang ini.
2014, ketika payung teduh bermain musik di Hutan Babakan Siliwangi, Bandung. Saya sengaja menonton payung teduh, ingin tahu bagaimana akang-akang gaul bandung, pria gondrong berjambang nan dekil, teteh-teteh manis hits instagram hingga hijabers syar’i atau mahluk-mahluk cupu yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu menjadi bahan ejekan oleh kawan-kawannya, menikmati lagu-lagu payung teduh. Ternyata mereka semua bernyanyi dengan lantang dan memaknai setiap liriknya, mereka seperti terhipnotis oleh setiap lagu yang dinyanyikan oleh sang vokalis, Is.
Coba pikirkan, wanita mana yang tak bahagia bila pria pujaannya menyatakan cinta, dengan menggunakan barisan lirik

 “Bila nanti saatnya telah tiba kuingin kau menjadi istriku berjalan bersamamu dalam terik dan hujan berlarian kesana-kemari dan tertawa. Izinkanku menjaga dirimu, berdua menikmati pelukan di ujung waktu sudilah kau temani diriku, sudilah kau menjadi temanku, sudilah kau menjadi istriku

dalam lagu berjudul “Akad”. Minimal sampai 5 menit kedepan bahagia itu muncul seketika dan ngebet ingin akad sebelum ingat kenyataan bahwa menikah tak hanya tentang cinta.
Di tahun 2017, saat mereka menelurkan karya baru. Kembali kami terhipnotis oleh lirik magis ini, video musik yang membuat air mata jatuh, membuat kami sementara percaya bahwa cinta itu nyata. Semua orang bernyanyi, membuat cover lagu ini. Pria-pria memble yang tadinya tak berani melamar kekasihnya, berkat lagu ini mereka berani untuk menyatakan bahwa mereka siap menikah dan wanita-wanita yang tadinya menunggu dengan harap-harap cemas akhirnya bisa lega.
Tak lama setelah lagu ini, Is, sang vokalis pamit untuk undur diri dari payung teduh. Kata mas Is, ini tanggung jawab moral. Elegi para payung teduh-mania (sebutan untuk penikmat karya payung teduh yang kubuat sendiri) menjadi trending topic di semua tongkrongan. Vokalis berbakat nan puitis ini tak lagi bernyanyi bersama payung teduh, tak lagi mewakili perasaan para muda-mudi lewat karya payung teduh. Saya faham sekali dengan definisi sakit karena ditinggalkan. Perpisahan memang menyakitkan, mas. Tapi apalah kami, kau yang menentukan arah hidupmu. Seperti dia yang pergi, bahkan sebelum saya mengerti apa alasannya. Sakit.
Terima kasih, mas. Bersama payung teduh, kau telah menelurkan banyak karya yang menjadi tolak ukur bahagia, sedih, senang dan duka. Terima kasih telah menjadi aspek kenangan indah, buruk, pahit atau manis perjalanan hidup masing-masing dari kami, muda-mudi masa kini. Tetap berkarya, mas. Sampeyan mbois!
Hormat kami,
Penikmat karyamu.

General of broken heart warrior,
Sukabumi, 19 November 2017.

Comments

Popular Posts