Menuju Asian Games 18th “Energy Of Asia” Jakarta-Palembang, Indonesia 2018;
Asian Games awalnya disebut Far Eastern Championship Games yang merupakan ajang olahraga di Asia kecil dan diadakan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga negara, yaitu Kerajaan Jepang, Kepulauan Filipina, dan Republik Tiongkok. Pertama diadakan di Manila pada tahun 1913. Negara Asia lainnya berpartisipasi setelah menyatakan kemerdekaannya. Far Eastern Championship Games dihentikan pada tahun 1938 ketika Jepang menyerbu Tiongkok dan aneksasi terhadap Filipina yang menjadi pemicu perluasan Perang Dunia II ke wilayah Pasifik. Asian Games dengan tema baru dan semangat baru, dilaksanakan pertama kali di New Delhi, India dengan Jepang yang keluar sebagai juara umum.
Asian Games tentunya diikuti oleh Negara-negara yang ada di Benua Asia, dari mulai yang paling utara hingga paling selatan, dari timur hingga ke barat, yang masuk dalam Dewan Olimpiade Asia atau Olympic Council of Asia (OCA). Tahun 2018, Indonesia kembali mendapatkan kehormatan untuk menggelar pesta olahraga terbesar se-Asia empat tahun sekali ini, kali ini di Jakarta-Palembang dengan tema “energy of asia”, dan ada beberapa cabang olahraga (Cabor) yang digelar disekitar Jakarta-Palembang seperti di Lampung, Banten dan Jawa Barat. Sebelumnya pernah digelar juga Asian Games pada tahun 1962, sebagai gelaran Asian Games ke empat, pada zaman Presiden Soekarno. Saat itu Indonesia menjadi runner-up dengan raihan 21 emas, 26 perak dan 30 perunggu dan sebagai penyelenggara menolak keikutsertaan Taiwan dan Israel. Perlu kalian ketahui, buat yang belum tahu, kalau Stadion Utama Gelora Bung Karno itu adalah saksi dan buktinya, Stadion itu mampu dibangun oleh Pemerintah Indonesia dengan segala keterbatasannya dan menjadi yang termegah di Asia dan terbesar kedua di dunia. Pada saat itu juga dengan itu, Lembaga Televisi Indonesia, TVRI dibentuk.
Indonesia disetujui menjadi tuan rumah Asian Games ke 18 oleh Dewan OCA pada 19 September 2014. Penyelenggaraan Asian Games XVIII awalnya akan diadakan pada tahun 2019 kemudian dimajukan menjadi tahun 2018 untuk menghindari pemilihan legislatif dan pemilihan presiden Indonesia yang juga akan diselenggarakan pada tahun tersebut. Awalnya Hanoi, Vietnam terpilih sebagai tuan rumah mengalahkan Surabaya, namun mereka mengundurkan diri karena kendala keuangan.
Pada Maret 2014, kekhawatiran atas kesiapan Vietnam mulai muncul. Banyak penolakan dari masyarakat vietnam sendiri untuk menyelenggarakan Asian Games di Negaranya, alasannya karena kondisi ekonomi yang buruk dan kurangnya fasilitas olahraga. Estimasi biaya yang membengkak dari semula hanya sekitar 150 juta US Dollar, menjadi 240 juta US Dollar. Laman berita di Vietnam memuat polling sebesar 84% yang menyatakan kalau Pemerintah Vietnam sebaiknya mengembalikan hak penyelenggaraan ini dan membayar denda yang dijatuhkan.
Pada tanggal 17 April 2014, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung resmi mengumumkan penarikan Hanoi sebagai tuan rumah Asian Games XVIII. Setelah Hanoi mengundurkan diri, sebagai tuan rumah Asian Games XVIII, OCA menyatakan bahwa Indonesia, China dan Uni Emirat Arab adalah kandidat yang paling mungkin untuk menjadi tuan rumah. Indonesia dianggap sebagai favorit, karena Surabaya adalah runner-up dari pemilihan sebelumnya, dan bersedia untuk melakukannya jika dipilih. Filipina dan India menyatakan minat mereka menjadi tuan rumah Asian Games XVIII, tetapi India gagal mengajukan tawaran karena gagal mendapatkan audiensi dengan Perdana Menteri hits-Nasionalis-Hindu-dan-Kontroversial-Pimpinan-Partai-Bharatiya-Janata dan Anggota dari Kelompok Hindu-Sayap-Kanan-Rashtriya-Swayamsevak-Sangh, The Almighty Narendra Modi setelah diberi batas perpanjangan waktu oleh OCA.
Apa Sebab yang terpilih Jakarta dan bukan Surabaya? Karena menurut Dewan Komite OCA yang mengunjungi Indonesia pada Mei 2014 melihat Jakarta yang paling siap dari berbagai aspek seperti sarana olahraga, transportasi dan akomodasi seperti hotel, dll. Dan Surabaya difokuskan untuk gelaran Asian Youth Games pada tahun 2021.
Asian Games 18th “energy of asia” membuka 40 cabor, diantara empat puluh tersebut ada 10 cabang olahraga baru, yaitu; (1) Bridge, (2) Basketball 3x3, (3) Jetski, (4) Ju-Jitsu, (5) Pencak Silat, (6) Sambo, (7) Kurash, (8) Paragliding (Paralayang), (9) Panjat tebing, (10) Roller Sport (Inline Speed Skating dan Skateboarding, dengan 462 nomor pertandingan di 64 venue. Acara ini diisi oleh 45 Negara di Asia, 12000 Atlet, 5500 Officials serta wasit, 20000 relawan, 5000 awak media dan puluhan juta suporter atau lebih dari berbagai negara di Asia yang ikut serta dalam memeriahkan acara baik langsung atau melalui media atau platform yang disediakan. Selayaknya pada pesta olahraga yang sering digelar ditingkat regional, nasional hingga internasional, pesta olahraga terbesar se-Asia ini memiliki 3 maskot yang mewakili semangat juang bertanding para atletnya, yaitu; (1) Bhin-Bhin (Burung Cendrawasih), (2) Atung (Rusa Bawean), dan (3) Kaka (Badak Bercula Satu) ketiga maskot ini mewakili strategi, kecepatan dan kekuatan yang mendasari semangat juang bertanding pada Asian Games 18th “Energy Of Asia” di Jakarta-Palembang, Indonesia. Tak hanya maskot, Asian Games ke 18 ini juga punya Official Song/Theme Song/Lagu Tema/OST (Original Sound Track) dengan judul Bright As the Sun yang dinyanyikan oleh para penyanyi Indonesia terbaik dari berbagai Genre, dan lagu ini sudah beberapa kali di-cover oleh banyak penyanyi terbaik di Negara Asia lainnya dengan menggunakan Bahasa masing-masing.
Konon Asian Games ke 18 ini menelan biaya hingga 30 triliun rupiah. Jakarta dan Palembang terus bersolek untuk menyambut kedatangan atlet-atlet top se-Asia. Berbagai venue terus dikebut pembangunannya. Infrastruktur penunjang untuk menyukseskan acara ini seperti jalan dan transportasi juga disiapkan. Pesta Olahraga seperti Asian Games atau sejenisnya ini memang banyak diburu negara-negara berkembang seperti Indonesia, selain memperlihatkan superioritas negara agar terlihat kuat dan sehat, juga sebagai ajang promosi untuk mendatangkan keuntungan dari bidang-bidang lain, seperti investasi asing, kunjungan pariwisata, dll.
Terkesan memberikan manfaat bagi negara penyelenggaranya, pesta olahraga seperti ini kadang malah mendatangkan sejumlah kerugian. Alih-Alih untung, tak jarang setelah pesta olahraga ini selesai, malah menjadi salah satu penyebab krisis yang terjadi di suatu negara. Wapres Jusuf Kalla selaku Ketua Panitia bilang meliputi perbaikan infrastruktur lama, pembangunan infrastruktur baru, dan pembangunan infrastruktur jangka panjang akan menelan biaya yang nggak sedikit, katanya lebih dari 30 triliun, khusus dari kocek Pemerintah, belum dari sponsor-sponsor.
Secara ekonomi, belanja modal pada penyelenggaraan pesta olahraga ini bisa menguntungkan. Berkaca dari Thailand dan Korea Selatan yang pernah menyelanggarakan acara ini, dengan hanya menggelontorkan dana 6,7 Triliun rupiah, Thailand pada tahun 1998 mendapatkan surplus sebesar 300 miliar rupiah, dan Korea Selatan pada tahun 2002 dengan gelontoran dana sebesar 34,65 triliun dapat surplus 670 miliar rupiah. Angka ini hanya mencakup dari sisi penyelenggaraan dan belum meliputi pariwisata dan infrastruktur.
Tapi bagaimana dengan Negara lain? Meski dapat memberikan untung, menghelat acara besar olahraga juga bisa memberi petaka bagi negara penyelenggaranya. Indonesia perlu mewaspadai krisis yang dihadapi berbagai negara yang dilanda krisis pasca perhelatan akbar olahraga. Yunani disebut mengalami defisit hingga 7,5 dari PDB pada tahun 2004 salah satunya karena olimpiade. Pesta olahraga tersebut diperkirakan menghabiskan dana 9 miliar Euro. Untuk negara seperti Yunani, angka tersebut sudah sebesar 5 persen dari total PDB. Hal ini kemudian menjadi salah satu pemicu bagi krisis ekonomi dan utang Yunani pada tahun 2007.
Sejak awal 2014, masyarakat Brasil memang telah menggelar protes terhadap penyelenggaraan Piala Dunia. Mereka menganggap pemerintah terlalu banyak mengeluarkan uang untuk pembangunan stadion. Diperkirakan ajang ini memakan biaya hingga lebih dari 46 miliar dolar. Masyarakat mengganggap dana sebanyak itu sebaiknya digunakan untuk masyarakat bukan stadion. Brasil juga dilanda krisis pasca menghelat Piala Dunia 2014 dan Olimpiade Rio 2016. Di tengah kesulitan ekonomi yang dialami masyarakatnya, Brasil justru memaksakan diri menggelar dua acara olahraga besar tersebut. Hal ini membuat masyarakat marah dan turun ke jalan, dan memunculkan rasa tidak percaya kepada Pemerintah Brazil.
Apakah nanti Indonesia mengalami takdir serupa Yunani atau Brasil? Di atas kertas Indonesia cenderung memiliki pondasi ekonomi yang lebih aman ketimbang Yunani. Rasio utang terhadap PDB masih jauh lebih aman ketimbang yang dialami Yunani di tahun 2004. Indonesia juga tidak mengalami krisis kepercayaan kepada pemerintah seperti Brasil. Sampai artikel ini naik, saya pribadi belum melihat protes yang ditujukan untuk Asian Games 2018. Hal ini berarti Indonesia cukup mendapat restu dari masyarakat untuk menggelar pesta olahraga Asia itu. Atau mungkin masyarakat Indonesia terlalu sibuk cari duit ditengah kesulitan ekonomi yang segala terasa mahal, sampai-sampai kasus korupsi mantan Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Dodi Iswandi, mendapat vonis hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp300 juta subsider 3 bulan karena telah merugikan negara sebesar 10,9 miliar rupiah, dan terjerat pasal Pasal 3 UU (PPK), karena menyalahgunakan wewenang. Dodi terbukti bersalah atas kasus korupsi dana sosialisasi Asian Games 2018 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat,
Asian Games ke 18 ini menjadi ajang pembuktian untuk Indonesia, kalau negara yang sering dianggap sepele oleh tetangga-tetangga ini mampu dan siap baik sebagai peserta dan penyelenggara. Pemerintah Indonesia dalam rangka menyukseskan acara ini telah membuat sebuah organisasi bernama INASGOC (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee) yang dipimpin oleh Erick Thohir, pebisnis sukses yang memiliki saham di Persib dan sempat memiliki saham Inter Milan dan berbagai klub olahraga ini didirikan pada tahun 2014 dan bekerja sejak saat itu untuk menyiapkan segala macam yang diperlukan untuk kesuksesan Asian Games ke 18 ini.
Dimana Peran Masyarakat Indonesia untuk ikut juga menyukseskan acara terbesar se-Asia ini? Banyak.
- Volunteer: Kita bisa menjadi relawan (volunteer) karena sekurang-kurangnya acara ini membutuhkan sekitar 20000 orang menyukseskan acara tersebut. Tenang, artian relawan disini bukan sebenar-benarnya arti relawan kok. Kalian akan dibayar secara pantas, waktu menjadi volunteer PON Jawa Barat kemarin saja, kawan-kawan saya ada yang bisa beli motor. Siapa tahu Volunteer Asian Games bayarannya bisa dipake KPR rumah.
- Datang dan meriahkan setiap venue dimana cabang olahraga tersebut menyelenggarakan pertandingan. Karena tak hanya kita yang ada disana, tapi warga Asia lain yang sengaja datang ke Indonesia untuk mendukung dan menikmati momen-momen indah nan dramastis dari negaranya masing-masing. Jangan mau kalah. Indonesia Raya! Merdeka! Merdeka!
- Jaga Keamanan dan Ketertiban: Jangan hanya ormas yang dibiayai Kementerian atau Pemerintah Daerah saja yang menjaga keamanan dan ketertiban. Kalian juga berhak. Demi Indonesia yang lebih tertib. Karena acara ini besar dan banyak dikunjungi orang-orang, tingkat kriminalitas mungkin saja naik. Kalau tak bisa lawan preman dengan seragam ormas, minimal Jaga Parkiranlah, apalagi yang rumah atau kosannya dekat venue, biar gak ada yang dirugikan seperti hilang helm atau karburator.
- Jaga Kebersihan: Tak lupa kita saling mengingatkan kepada masyarakat Indonesia dan juga para masyarakat asia yang datang untuk jangan buang sampah sembarangan. Jakarta sering banjir, minimal setahun sekali, kalau gara-gara sampah yang dibuang sembarangan pada gelaran Asian Games jadi banjir setahun sampe 4-5 kali, mending maen karambol aja di pos ronda daerah masing-masing.
- Dan yang terakhir, show your roots! Show your Identity!: Indonesia dengan kemajemukan suku, bahasa, hingga daerah asal atlet Indonesia yang bertanding, tentunya. Kalian bisa tampilkan ciri khas daerah kalian sambil mendukung para atlet di acara Asian Games ke 18 ini, mulai dari baju, kuliner, kesenian, kebudayaan, atau apapun. Tunjukan pada masyarakat dari berbagai negara di Asia kalau Indonesia itu bukan cuma pulau Jawa, bukan Cuma Jakarta, Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke. Walaupun berbeda-beda tetap satu juga. Bhineka Tunggal Ika. Lagu kita masih sama, Sayang dari Via Vallen dan Jaran Goyang Nella Kharisma, Jos!
Semangat untuk kalian para atlet-atlet Indonesia yang sedang berlatih keras saat ini, kalian semua juara! Kalian adalah representasi kami dalam slogan mensana in corporesano. Raih medali emas sebanyak-banyaknya yang tersedia pada setiap Cabang Olahraga dan Nomor Pertandingan. Bonus menyusul, pasti dikasih kok. Tahu dong gimana Negara kalau urusan duit dan birokrasi?
And for those athlete and official participant who comes early to Indonesia, welcome to Indonesia. Don’t mention about religion or political point of view in Indonesia, especially about Moslem and Communism Party or you will get hurt by any reason. Just do your job as athlete at the best, and let God the rest.
Sangat penting untuk melihat pesta olahraga ini sebagai proyek jangka panjang. Asian Games idealnya dirancang untuk tidak memberi untung di tahun 2018 saja dan juga harus dari berbagai aspek. Kalau tidak celakalah kita.
Masih enggak tahu kapan Asian Games ke 18 ini digelar? Aneh Ajig. Asian Games digelar dari tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018. Di Jakarta dan Palembang, dst. Kumpulkan uangmu, ambil cutimu, jangan biarkan Atlet Indonesia berjuang hanya dengan officialnya. Mereka butuh kita, ramaikan! Nu legeg tengkas sukuna.
Masyarakat Indonesia,
Bandung, 24 Maret 2018.
catatan kaki:
https://www.britannica.com/topic/Rashtriya-Swayamsevak-Sangh
https://www.dakwatuna.com/2014/05/21/51677/partai-bharatiya-janata-dan-umat-islam-india/
http://www.thanhniennews.com/politics/vietnam-may-consider-canceling-asian-games-25029.html
https://www.wsj.com/articles/indonesia-to-host-2018-asian-games-1411189198
Comments
Post a Comment