Orang Rimba di Jambi: Masuk Islam untuk dapat KTP, Merdeka nih kita?
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.” – Pembukaan UUD 1945
perikemanusiaan dan perikeadilan.” – Pembukaan UUD 1945
“Alhamdulilah, pemerintah kini memperhatikan kami, sebelum kami pindah agama, mereka tak peduli,” kata Muhammad Yusuf, pemimpin kelompok dengan nama barunya.
kepada kantor berita AFP. Yusuf mengakui bahwa alasannya pindah keyakinan karena mencari makan semakin sulit di tengah konflik dengan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di daerah yang ditinggali suku ini.
kepada kantor berita AFP. Yusuf mengakui bahwa alasannya pindah keyakinan karena mencari makan semakin sulit di tengah konflik dengan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di daerah yang ditinggali suku ini.
Nguyup, sesuai dengan nama orang rimba, ingin memiliki KTP sehingga memudahkan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sekitar 200 orang suku Anak Dalam yang hidup nomaden atau berpindah-pindah setiap beberapa minggu, kini menetap di satu tempat, di rumah-rumah yang terbuat dari kayu.
Sekitar 200 dari 3.500 anggota suku Orang Rimba atau Anak Dalam di Jambi pindah dari animisme dan masuk Islam agar hidup lebih sejahtera dan mendapatkan kartu identitas penduduk, KTP.
Kelompok ini tak lagi sekedar memakai kain penutup tubuh, mereka memakai baju yang
disumbah oleh Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Mereka memakai baju yang disumbangkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Suku nomaden ini biasanya pindah tiga kali dalam satu bulan untuk mencari daerah perburuan baru atau setiap kali ada anggota suku yang meninggal.
disumbah oleh Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Mereka memakai baju yang disumbangkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Suku nomaden ini biasanya pindah tiga kali dalam satu bulan untuk mencari daerah perburuan baru atau setiap kali ada anggota suku yang meninggal.
“Lebih enak tinggal di desa seperti ini, kehidupan kami lebih baik,” kata Yusuf yang berhenti tinggal berpindah Januari lalu. Namun menurut tradisi mereka, pindah keyakinan tak diizinkan. Di tempat lain, 300 suku Anak Dalam lain -yang masih nomaden- tinggal di tenda plastik biru yang mereka bangun seadanya dan masih berburu binatang, di tengah perkebunan sawit.
“Kami khawatir bila kami langgar sumpah kami, kami akan ditangkap harimau,” tambahnya. Hasbullah Al Banjary, Direktur pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kementerian Sosial, mengatakan pemerintah lebih mudah dalam memberikan bantuan kepada berbagai suku karena mereka tak lagi berpindah-pindah.
Beliau juga mengatakan tradisi mereka tak akan hilang dan ‘perlu kita pertahankan’. Anak-anak Orang Rimba, yang termasuk dalam sekitar 200 orang yang masuk Islam, sudah mulai belajar mengaji. Saat ini terdapat sekitar 70 juta jiwa anggota suku pedalaman, termasuk Dayak sampai suku di Mentawai.
Tetapi Rukka Sombolinggi, Koordinator of Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN),
mengatakan kondisi suku pedalaman seperti ini karena pemerintah tidak memberikan perlindungan selayaknya. “Saya melihat ini karena kegagalan pemerintah melindungi mereka,” kata Rukka kepada AFP.
mengatakan kondisi suku pedalaman seperti ini karena pemerintah tidak memberikan perlindungan selayaknya. “Saya melihat ini karena kegagalan pemerintah melindungi mereka,” kata Rukka kepada AFP.
“Mereka beralih ke ulama atau gereja di sejumlah tempat karena mereka menawarkan
perlindungan.”
Artikel ini pertama diunggahperlindungan.”
bbc.com/indonesia dan disunting kembali.
Bandung, Independence day.
August 17th, 2017
August 17th, 2017
Comments
Post a Comment