Pengaruh arus budaya global yang berimplikasi pada praktik-praktik budaya kapitalisme di Kasepuhan adat Ciptagelar
Wilayah Kasepuhan Cipta Gelar tempat dilaksanakannya upacara sérén taun secara administrasi terletak di RT 02 RW 10 Dusun Sukamulya, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Rukun warga di Kasepuhan Cipta Gelar biasa disebut dengan dusun. Dusun dipimpin oleh kepala Rukun Warga juga disebut dengan sesepuh kampung atau kokolot lembur. Kasepuhan Cipta Gelar sendiri dipimpin oleh sesepuh girang. Sebelumnya masyarakat Kampung Ciptagelar bermukim di wilayah Ciptarasa, kemudian pada tahun 2001, semua penduduk yang berjumlah 16.000 jiwa melakukan hijrah ke desa yang sekarang dinamakan Kampung Ciptagelar.
Pengaruh arus budaya global berimplikasi pada praktik-praktik budaya kapitalisme, seperti munculnya industri budaya yang mengacu pada komodifikasi rupa budaya. Pemanfaatan upacara-upacara di Kasepuhan sebagai daya tarik wisata, dimungkinkan akan terjadi komodifikasi dalam pelaksanaannya.
Autentisitas upacara akan bergeser dikarenakan terjadinya komodifikasi. Upacara tidak hanya menjadi perangkat budaya yang religius, melainkan juga menjadi hiburan yang lebih mengarah ke komersial. Komodifikasi sebagai praktik industri budaya cenderung untuk menjadikan upacara sérén taun sebagai komoditas yang dapat dijual untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Upacara disajikan dalam konteks selera konsumen. Hal seperti itu terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi komodifikasi upacara, seperti halnya untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelangsungan budaya tersebut.
“Ketika hasil budaya dijual untuk kepentingan ekonomi, dengan sendirinya akan terjadi pergeseran nilai-nilai tradisi pada hasil budaya tersebut”.
Prosesi upacara adat pertanian padi di huma dan sawah masyarakat adat Ciptagelar dimulai padi ditanam hingga padi dipanen, maka terdapat berbagai macam ritual yang dilakukan yaitu: Ngaseuk, Sapangjadian Pare, Selamatan Pare Ngidam, Mapag Pare Beukah, Upacara Sawenan, Syukuran Mipit Pare, Nganyaran/Ngabukti dan Ponggokan. Seren Taun sendiri adalah ritual terakhir dari proses tersebut, sebagai wujud syukur terhadap anugerah alam.
Kondisi saat ini upacara yang dikomodifikasi adalah seren taun, meski di dalamnya masih terdapat upacara-upacara yang masih dijaga keasliannya. Adimihardja (1992: 155) menegaskan bahwa sérén taun adalah tahap penutup dalam upacara pertanian yang ditandai dengan memasukkan padi ke dalam lumbung yang diiringi upacara besar. Menyimpan padi ke dalam lumbung oleh warga Kasepuhan disebut ngadiukeun.
Prosesi yang didokumentasikan adalah proses mocong pare. Mocong pare adalah mengikat padi menjadi pocong. Prosesi Mocong 2017 , di sawah Rurukan Lebak Hariang hasil pocongan padi sejumlah 1764 pocong padi dan di Rurukan Legok wilayah Ciptarasa sejumlah 1664 pocong padi. Untuk tiap tahun pocong padi milik Abah/Kasepuhan (bukan jumlah pocong masyarakat pribadi) sejumlah lebih kurang 6000 s,d 8000 pocong padi.
Kasepuhan Ciptagelar,
June, 20th 2017
Comments
Post a Comment