SERBA-SERBI REFERENDUM CATALONIA.

Pergerakan Catalonia untuk merdeka dari Spanyol bukanlah cerita baru, sudah pernah terjadi pergerakan-pergerakan oleh separatis Catalan untuk memisahkan diri dari wilayah digdaya Madrid. Baru-baru ini Catalonia kembali melakukan gerakan kemerdekaannya, tapi tidak digerakkan oleh para separatis saja melainkan warga sipil yang juga memang menyetujui akan rencana kemerdekaan Catalonia. Usaha untuk merdeka terus muncul pada 2006, berkali-kali juga Pemerintah Spanyol berusaha menghalangi referendum formal bangsa Catalan. Pada tahun 2010, sekitar 25 persen masyarakat Catalonia menyatakan ingin merdeka dari Spanyol. Setahun kemudian, menurut Pusat Studi Opini Catalonia lebih dari 30 persen masyarakat Catalonia mendukung kemerdekaan. Jumlah ini meningkat menjadi 57 persen pada 2012. Bersamaan dengan meningkatnya gerakan-gerakan pra-kemerdekaan, Catalan mulai menunjukkan perbedaan dengan Spanyol. Misalnya, Catalonia menjadi wilayah pertama di Spanyol yang melarang adu banteng. Sekolah di Catalan menggunakan bahasa pengantar Catalan, sedangkan bahasa Spanyol menjadi bahasa pengantar kedua.
Catalonia merujuk pada portal sejarahnya adalah, wilayah independen Semenanjung Iberia yang terletak di antara Spanyol dan Portugal. Berikut dengan tata bahasa, peraturan dan kebiasaannya yang berbeda dari Spanyol. Saat keberhasilan perang Spanyol pimpinan Raja Philip IV berakhir dengan kekalahan Valencia pada tahun 1707, di Catalonia pada tahun 1714, dan kepulauan terakhir pada tahun 1715, kemudian lahirlah “Spanyol modern”.
Orang-orang Catalan merasa dirinya bukan bagian dari Spanyol, sejak penaklukkan dilakukan oleh negara tersebut pada 1714. Seusai perang saudara, diktator Jenderal Francisco Franco yang berkuasa melarang semua budaya dan bahasa Catalan. Mengucapkan bahasa dan budaya Catalan di tempat umum ditetapkan sebagai tindakan
illegal. Hampir mirip seperti saat ketika di negara ini seseorang mengaku dan atau dituduh “PKI” atau yang berkaitan dengan komunisme akan diberangus habis. Mirip Jendral siapa ya kelakuan Jendral Franco ini?
Pemberian otonomi pada tahun 1979 ternyata tidak mampu meredam gerakan-gerakan untuk memisahkan diri. Penyebabnya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah terus berlangsung. Pemerintah Spanyol dinilai mengabaikan hak-hak bangsa Catalan. Gerakan memisahkan diri bangsa Catalan juga merebak akibat gelombang nasionalisme
Spanyol. Nasionalisme tersebut tumbuh ketika parlemen Catalonia meloloskan undang-undang otonomi lebih luas pada 2006, kondisi ekonomi Spanyol yang terpuruk sejak krisis keuangan tahun 2008 memperkuat keinginan orang-orang Catalonia untuk lepas dari Spanyol. Partai politik dan media Spanyol melancarkan kampanye anti-Catalan. Kampanye itu memicu gelombang emosi bangsa Catalan. Perayaan Diadakan setiap tanggal 11 September mengenang jatuhnya Barcelona dalam perang Suksesi Spanyol tahun 1714, sebuah kekalahan bagi pasukan Catalonia.
Seperti wilayah saudara-saudara timur jauh kita, Papua, Catalonia adalah wilayah yang kaya di Spanyol. Menurut video yang saya tonton di youtube, mereka punya kawasan industri yang canggih dan lokasi wisata yang strategis seperti Barcelona, siapa yang tak tahu lagu Fariz RM berjudul Barcelona? FYI, Catalonia menyumbangkan 20% pendapatan Spanyol dan 16% populasi. Melalui referendum yang dilakukan kemarin, 90% dari 2,26 juta orang Katalan ingin merdeka. Pemerintah lokal menyebut, 770 ribu orang tak bisa memilih karena serangan polisi Spanyol di tempat pemilihan. Seperti orang Papua, orang Katalan harus berjuang keras untuk bisa memperoleh pengakuan atas hak dan menentukan nasibnya sendiri.
Dilansir dari bbc.com, Raja Felipe VI juga menyebut situasi di Spanyol ‘amat serius’ dan menyerukan 'persatuan’. Raja Spanyol Felipe VI mengecam pihak dari pengelola referendum kemerdekaan Catalonia pada Minggu (01/10) karena menempatkan diri mereka di 'luar hukum’. Raja yang jarang tampil di TV Nasional ini dalam pidatonya menyebutkan, pemungutan suara ini ilegal dan tidak sah tak lupa ditambahkan dengan ujaran tidak menghormati hukum. “Mereka sudah melanggar prinsip demokratis dari penegakan hukum,” Merujuk Raja pada pemerintah daerah Catalunya. Padahal apa yang lebih demokratis selain pemungutan suara?

“Hari ini masyarakat Catalonia terpecah dan terancam. Pihak berwenang mengabaikan dampak dan perasaan solidaritas yang mempersatukan dan yang akan mempersatukan warga Spanyol,” - Raja Felipe IV

Rilisnya surat perintah untuk kepolisian pada Senin (25/9) kemarin, kantor jaksa Catalonia menyatakan akan mencatat nama-nama orang yang ikut serta dalam voting referendum dan menyita dokumen-dokumen terkait milik orang-orang tersebut. Surat perintah itu juga menyebutkan, setiap orang yang kedapatan memiliki kunci atau kode masuk ke tempat-tempat pemungutan suara, akan dianggap sebagai 'kaki tangan’ dalam tindak kriminal pembangkangan, penyimpangan jabatan dan penyelewengan anggaran negara.
Pemerintah pusat di Madrid bahkan mengancam akan menjatuhkan hukuman denda terhadap setiap birokrat yang terlibat referendum, termasuk komisi pemilu lokal yang telah dibubarkan pekan lalu. Presiden Catalonia, Carles Puigdemont, tidak akan merespon permintaan pemerintah Spanyol meskipun diultimatum mengenai pembatalan deklarasi kemerdekaan yang telah diteken Selasa petang, 10 Oktober 2017, pada sidang parlemen setempat. (dunia.tempo.co). Dengan ketegasan Presiden Cataonia
ini, kemungkinan Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy akan mencabut Pasal 155 yang ada Konstitusi Spanyol tentang otonomi daerah.
Apalagi alasan yang lebih kuat bagi Catalonia untuk menyuarakan kemerdekaannya. Bukankah kemerdekaan adalah hak segala bangsa?

Oktober 10, 2017
Cimaja Beach,
Palabuhanratu, Sukabumi.

Comments

Popular Posts