Suratku untukmu
Jika ini yang bisa kukatakan kepadamu..
Memang, aku memang pernah mencintaimu dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu.
Namun itu dulu, ketika detik arloji bukan yang kutafsirkan sebagai suara langkah kanak-kanak sunyi..
Jika ini yang bisa kukatakan kepadamu..
Memang, aku memang pernah merindukanmu dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu …
Namun itu dulu, ketika kerlip gemintang dan risik angin di ilalang bukan yang kulihat sebagai kecemasan gamang …
Jika ini yang bisa kukatakan kepadamu …
Memang, hingga saat kutulis surat ini aku memang masih mencintaimu dan masih merindukanmu meskipun tidak dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu …
Layaknya setabah daun gugur dipelukan tanah, layaknya setulus Semesta memberi udara …
Kelak, Jika kita bertemu kembali …
Barangkali, aku hanya mampu bicara di luar kata yang kerap ditulis oleh penyair picisan.
Sebab, aku telah kehabisan kata-kata untuk menina-bobokan segala luka yang kau tinggalkan.
Dan di dinding malam, kesunyian ini semakin menghijau, sehijau lumut yang dituakan waktu.
Kepada kamu..
Hanya ini yang bisa aku sampaikan kepadamu, penantianku telah menua. Dan jika segala debar yang kupunya masih juga kau punya dalam beberapa waktu dekat ini, tentu kau akan menyuratiku kembali..
Barangkali saja, kau ingin tahu tentang suasana pinggir jalan yang dulu kita jadikan tempat persembunyian dari kejaran rindu yang bertubi-tubi..
Kuta, 30 Oktober 2014. 12.47 AM
Memang, aku memang pernah mencintaimu dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu.
Namun itu dulu, ketika detik arloji bukan yang kutafsirkan sebagai suara langkah kanak-kanak sunyi..
Jika ini yang bisa kukatakan kepadamu..
Memang, aku memang pernah merindukanmu dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu …
Namun itu dulu, ketika kerlip gemintang dan risik angin di ilalang bukan yang kulihat sebagai kecemasan gamang …
Jika ini yang bisa kukatakan kepadamu …
Memang, hingga saat kutulis surat ini aku memang masih mencintaimu dan masih merindukanmu meskipun tidak dengan cara menghabiskan setiap hari sepanjang waktu bersamamu …
Layaknya setabah daun gugur dipelukan tanah, layaknya setulus Semesta memberi udara …
Kelak, Jika kita bertemu kembali …
Barangkali, aku hanya mampu bicara di luar kata yang kerap ditulis oleh penyair picisan.
Sebab, aku telah kehabisan kata-kata untuk menina-bobokan segala luka yang kau tinggalkan.
Dan di dinding malam, kesunyian ini semakin menghijau, sehijau lumut yang dituakan waktu.
Kepada kamu..
Hanya ini yang bisa aku sampaikan kepadamu, penantianku telah menua. Dan jika segala debar yang kupunya masih juga kau punya dalam beberapa waktu dekat ini, tentu kau akan menyuratiku kembali..
Barangkali saja, kau ingin tahu tentang suasana pinggir jalan yang dulu kita jadikan tempat persembunyian dari kejaran rindu yang bertubi-tubi..
Kuta, 30 Oktober 2014. 12.47 AM
Comments
Post a Comment