TAK ADA YANG ABADI
Saya tau, manusia akan merasakan kehilangan ketika orang yang selalu bersamanya pergi. Bukan tentang dua orang kasmaran yang menjalani love-hate relationship. Ini tentang cerita cinta yang murni antara sang pahlawan persib dan kami (bobotoh).
Pileuleuyan, pileuleuyan. Djadjang Nurjaman, sang pahlawan bagi persib bobotoh dan elemen lainnya yang terkait dengan kejayaan si biru maung bandung dari ranah pasundan ini akhirnya menyatakan mengundurkan diri menjadi pelatih kepala demi kebaikan semua pihak yaitu, Persib, Bobotoh dan Keluarganya. Sangat disayangkan sang maestro mundur dari panggung terbaiknya selama berkarir. Dengan kondisi seperti yang kita tahu semua saat ini Persib masih tikusruk di klasemen liga gojek dan status juara bertahan membuat beban yang dibawa Pak Djadjang semakin berat ditambah kritikan bobotoh yang “lada”, rasanya walau pahit, langkah mundur adalah hal terbaik menurut saya.
Setelah 90 menit yang kelam dengan Bhayangkara FC pekan lalu dan permainan yang orowodol–setidaknya sampai pekan ke-9– kursi pelatih Djadjang Nurjaman sudah mulai tidak aman. Kritik-kritik tajam ala bobotoh masuk ke kuping sang pelatih. Kritik yang datang itu, menurut nalar saya, tak selalu soal taktik dan strategi. Bisa jadi lebih luas.
Ya, Persib dalam masa yang seperti kita saat ini. Masalah datang dari setiap sudut. Bobotoh terpanggil untuk “menyelamatkan” tim kebanggaannya. Sesuai tugas pokok dan fungsi seorang penggemar adalah “mendukung apa yang benar dan mengkritisi sesuatu yang menurutnya salah”. Terlepas dari seberapa besar level pedasnya kritik tersebut. Setelah mendapat kritik yang tak ada habisnya, beliau dengan siap menjawab bahwa beliau siap di evaluasi manajemen dan akhirnya berakhir pahit seperti ini.
Jangan melihat sesuatu dari satu sisi, tidak ada yang salah dalam mundurnya Pak Djanur. Mungkin dengan mundurnya Pak Djadjang kita bisa melihat sesuatu yang baru di dalam tubuh sang maung. Karena semuanya tak ada yang abadi; Dan Pak Djanur pun bisa dengan tenang berkumpul bersama istri dan anak-anak dan cucunya yang cantik di
rumah tanpa intervensi manajemen PT. PBB dan pedasnya kritik bobotoh. Ner teu?
rumah tanpa intervensi manajemen PT. PBB dan pedasnya kritik bobotoh. Ner teu?
Tak pernah terfikir kalau kisah ini akan berakhir seperti ini. Tapi ternyata bapak telah memilih jalan ini. Walaupun banyak dukungan untukmu agar tak mundur dari posisi ini, tapi jika itu pilihan terbaik dan membuat kamu merasa tenang, mangga, coach. Wilujeng leleson.
Saya, seorang yang mengaku bobotoh Persib ngahaturkeun nuhun anu ageung atas sagala rupi anu Pak Djanur atos lakonan kanggo Persib. Legenda yang mampu meraih gelar sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala. Prestasi yang hampir mustahil dicapai oleh pelatih lain yang memiliki Lisensi A UEFA Pro sekalipun!
Terima kasih telah membuat kami sempat marah, kesal, kecewa dan tentu saja membuat isak tangis bahagia. Selamat tinggal sang legenda semoga bahagia dengan pilihanmu. Hormat kami padamu selalu. Jaga diri, sukses terus dan sehat selalu.
PS: Kahatur keluarga Pak Djadjang Nurdjaman, maafkan kami atas lisan dan tulisan yang kadang tidak enak dibaca dan dilihat selama ini untuk Pak Djadjang. Long live and
Prosper!
Prosper!
Bandung, gloomy feelings.
June 7th, 2017
Comments
Post a Comment